Salah satu
sisi kehidupan yang patut diteladani dari pribadi Rasulullah adalah pola
hidup sehat. Pendekatan yang digunakan Rasulullah adalah pola preventif
yang sejalan dengan disiplin ilmu kesehatan masyarakat. “Kesehatan
merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia” demikian sabda Nabi
Muhammad SAW.
Perihal
kesehatan dan masalah penyakit telah disebutkan dalam Al Quran. Pada
surah Yunus: 57 disebutkan, ”Hai manusia, sesungguhnya telah datang
kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi
orang-orangnya yang beriman” (QS:Yunus 57).
Sehat ala Rasulullah
Berdasarkan sejarah hidup Rasulullah,
tercatat hanya dua kali menderita sakit yakni setelah menerima wahyu
pertama di Gua Hira. Saat itu tubuh Rasulullah mendadak demam karena
mengalami ketakutan yang amat sangat. Sedang peristiwa sakit yang kedua
Rasulullah pada saat menjelang meninggalnya. Fakta ini mengindikasikan
bahwa Rasulullah memiliki ketahanan fisik yang luar biasa. Sementara
kondisi alam di Jazirah Arab ketika itu sangat keras, tandus, panas di
siang hari dan dingin di malam hari.
Dalam Shahih Bukhari, terdapat 80 hadits
yang membicarakan masalah kesehatan pribadi Rasulullah. Belum lagi yang
dibahas pada kitab Shahih lainnya seperti Shahih Muslim, Abu Dawud,
Tirmidzi, Baihaqi, dan Shahih Ahmad. Rasulullah dalam hidupnya sangat
peduli pada kesehatan, baik kesehatan dirinya maupun kesehatan pada
umatnya. Ajarannya pada aspek kesehatan menekankan pada pola pencegahan
daripada pengobatan.
Ada dua pola hidup sehat yang menonjol
dan relevan dengan disiplin ilmu kesehatan masyarakat yakni kesehatan
individu dan masalah pengaturan gizi kesehatan. Pada aspek kesehatan
individu, Rasulullah senantiasa menjaga kebersihan dirinya seperti rajin
memotong kuku, mencuci dan memotong rambut serta menggosok gigi.
Kegiatan memotong kuku dan rambut dilakukan setiap hari kamis atau hari
jumat setiap pekan
Hal lainnya terkait dengan kesehatan
individu Rasulullah adalah membatasi makanan didalam perut. Rasulullah
menganjurkan umatnya agar menyediakan ruang di dalam perut untuk tiga
hal yakni udara, air dan makanan. Ketiganya harus diisi secara seimbang
masing-masing sekitar sepertiga isi perut. Sebagaimana Sabda Rasul:
“Kami adalah sebuah kaum yang tidak makan sebelum lapar dan bila kami
makan tidak terlalu banyak (tidak sampai kekenyangan)”.
Pada
aspek pengendalian gizi, Rasulullah selalu menjaga makanan yang
dikonsumsinya. Dalam hidupnya Rasulullah kerap mengonsumsi kurma baik kurma kering maupun kurma basah. Anjuran mengonsumsi kurma
beberapa kali disebutkan dalam Al-Quran, seperti pada Surat Ar-Ra’du:
4, “Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan
kebun-kebun anggur, tanam-tanaman dan pohon kurma yang
bercabang dan tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami
melebihkan sebagian tanam-tanaman di atas sebagian yang lain tentang
rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir” dan Surat Qaaf: 10, “Dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun.”
Menyangkut keajaiban kurma,
Rasulullah bersabda sebagaimana diriwayatkan abu Daud dan Tirmidzi.
Dari Anas r.a., “Rasulullah SAW. berbuka puasa sebelum shalat dengan
memakan kurma segar, kalau tidak ada maka dengan kurma kering, dan kalau tidak ada beliau meminum beberapa teguk air.”
Bila dilakukan penimbangan atas tujuh buah kurma
(100 gram) yang diserukan dalam hadis, ternyata didalamnya mengandung
gula (75,00 gram), air (22,50 gram), protein (2,50 gram), lemak (2,50
gram), serat selullosa (4,00 gram) serta vitamin A, B-1 dan B-2. Sedang
kandungan mineral pada tujuh kurma masing-masing: Potasium (79
miligram), Tembaga (21 miligram), Belerang (65 miligram), Besi (5
miligram), Magnesium (65 miligram), Mangan (2 miligram), Kalsium (65
miligram) dan Fosfor (72 gram). Intinya, 100 gram (7 kurma) dapat
memberikan lebih dari 350 energi bagi tubuh manusia.
Para ahli kesehatan juga sepakat mengungkapkan adanya asam amino pada kurma,
seperti glutathione sebagai antioksidan. Setelah diteliti secara
ilmiah, kurma memiliki semua unsur makanan pokok yang dibutuhkan oleh
tubuh seperti protein, mineral, gula dan vitamin.
Seorang dokter muslim bernama Muhammad An_nasami dalam bukunya “Ath-Thibb an-Nabawy wal ‘Ilmil Hadis” (Pengobatan Ala Nabi
dan Ilmu Modern) mengatakan secara kedokteran, perempuan hamil yang
akan melahirkan itu sangat membutuhkan makanan dan minuman yang kaya
akan unsur gula, hal ini karena banyaknya kontraksi otot-otot rahim
ketika akan mengeluarkan jabang bayi, terlebih lagi apabila hal itu
membutuhkan waktu yang lama. Kandungan gula dan vitamin B1 sangat
membantu untuk mengontrol laju gerak rahim dan menambah masa sistolennya
(kontraksi jantung ketika darah dipompa ke pembuluh nadi). Dan kedua
unsur itu banyak terkandung dalam ruthab (kurma basah). Kandungan gula
dalam ruthab sangat mudah untuk dicerna dengan cepat oleh tubuh.
Pola Hidup
Pola hidup sehat ala Rasulullah berpusat
pada pengendalian gizi/makanan. Makanan yang masuk ke mulut Rasulullah
terseleksi secara ketat, baik kehalalannya maupun kebaikannya. Ukuran
kehalalan menyangkut cara mendapatkannya secara halal (legal) dan
berkaitan dengan urusan akhirat. Sedangkan kebaikan (thayyib) berkaitan
dengan urusan duniawi berupa makanan yang bergizi untuk dikonsumsi.
Makanan yang kerap dikonsumsi Rasul adalah madu untuk membersihkan
pencernaan. Sebagaimana hadits Nabi, “Hendaknya kalian menggunakan dua
macam obat, yakni madu dan Al Quran” (HR Ibnu Majah dan Hakim).
Pola hidup sehat lainnya ala Rasulullah
adalah berhenti makan sebelum kenyang dan tidak makan sebelum lapar.
Rasulullah sangat peduli atas kandungan perut yang terdiri atas zat
padat, zat cair dan zat gas. Hadis nabi berbunyi, ”Anak Adam tidak
memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah bagi
mereka beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak
ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga
untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk
pernafasan” (HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).
Mengatur pola tidur adalah kunci hidup
sehat ala Rasulullah yakni cepat tidur malam hari dan cepat bangun pada
dinihari. Biasanya Rasulullah tidur selepas Shalat Isya untuk kemudian
bangun paa sepertiga malam untuk shalat lail. Lamanya waktu tidur tidak
melebihi kebutuhan, demikian pula pada saat ingin tidur tidak
menahannya. Cara tidur Rasulullah memiringkan tubuh kearah kanan sambil
berzikir hingga matanya terasa berat dan akhirnya tertidur. Kadang badan
Rasulullah dimiringkan ke kiri sebentar, lalu kembali miring ke sebelah
kanan. Model tidur seperti ini sangat baik untuk kesehatan karena
merupakan posisi yang pas dengan lambung sehingga makanan mengendap
secara proporsional. Ketika beralih ke sebelah kiri sebentar maka proses
pencernaan makanan lebih cepat karena lambung mengarah ke lever, baru
kemudian berbalik lagi ke kanan hingga akhir tidur agar makanan lebih
cepat tersuplai dari lambung (Al Jauziyyah 2004). Ketika bangun tidur,
Rasulullah langsung bersiwak (sikat gigi), lalu berwudhu dan shalat.
Tuntutan Rasulullah dalam pola hidup
sehat adalah kebiasaannya menjalankan puasa sunnah diluar bulan
Ramadhan. Beberapa puasa sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah adalah
puasapaa hari senin dan kamis, puasa enam bulan pada bulan Syawal, dan
sebagainya. Berpuasa adalah tameng sederhana dan efektif bagi diri
pribadi agar terhindar dari berbagai macam penyakit jasmani dan rohani.
Pada sisi kesehatan jasmani, berpuasa dapat menjaga organ tubuh dan
stamina tubuh agar tetap berenergi serta sarana pembersihan racun (detoksifikasi) secara total dalam tubuh.
Pola hidup Rasulullah yang terkait
dengan kesehatan, sebagian besar bersifat preventif. Karena itu, anjuran
bersuci, berkhitan, dan senyum semuanya bertendensi pada kesehatan
individu yang bermuara para umat Muslim yang sehat jasmani dan rohani.
(Pernah dimuat di harian Fajar, Makassar).
1 komentar:
terima kasih atas artikelnya...
semoga kita dapat meneladani sang rosul allah..
Posting Komentar